Senin, 19 November 2012

Kerajaan Kandis, kerajaan di Kuantan Singingi




Kerajaan Kandis adalah kerajaan tertua yang berdiri di Sumatera, yang terletak di Koto Alang, masuk wilayah Lubuk Jambi, Kuantan, Riau.
SEJARAH
Kerajaan ini diperkirakan berdiri sebelum Masehi, mendahului berdirinya kerajaan Moloyou atau Dharmasraya.

Dua tokoh yang sering disebut sebagai raja kerajaan ini adalah Patih dan Tumenggung.

Nenek moyang Lubuk Jambi diyakini berasal dari keturunan waliyullah Raja Iskandar Zulkarnain. Tiga orang putra Iskandar Zulkarnain yang bernama Maharaja Alif, Maharaja Depang dan Maharaja Diraja berpencar mencari daerah baru. Maharaja Alif ke Banda Ruhum, Maharaja Depang ke Bandar Cina dan Maharaja Diraja ke Pulau Emas (Sumatra). Ketika berlabuh di Pulau Emas, Maharaja Diraja dan rombongannya mendirikan sebuah kerajaan yang dinamakan
dengan Kerajaan Kandis yang berlokasi di Bukit Bakar/Bukit Bakau. Daerah ini merupakan daerah yang hijau dan subur yang dikelilingi oleh sungai yang jernih.




Maharaja Diraja sesampainya di Bukit Bakau membangun sebuah istana yang megah yang dinamakan dengan Istana Dhamna. Putra Maharaja Diraja bernama Darmaswara dengan gelar Mangkuto Maharaja Diraja (Putra Mahkota Maharaja Diraja) dan gelar lainnya adalah Datuk Rajo Tunggal (lebih akrab dipanggil). Datuk Rajo Tunggal memiliki senjata kebesaran yaitu keris berhulu kepala burung garuda yang sampai saat ini masih dipegang oleh Danial gelar Datuk Mangkuto Maharajo Dirajo. Datuk Rajo Tunggal menikah dengan putri yang cantik jelita yang bernama Bunda Pertiwi. Bunda Pertiwi bersaudara dengan Bunda Darah Putih. Bunda Darah Putih yang tua dan Bunda Pertiwi yang bungsu. Setelah Maharaja Diraja wafat, Datuk Rajo tunggal menjadi raja di kerajaan Kandis. Bunda Darah Putih dipersunting oleh Datuk Bandaro Hitam. Lambang kerajaan Kandis adalah sepasang bunga raya berwarna merah dan putih.

Kehidupan ekonomi kerajaan Kandis ini adalah dari hasil hutan seperti damar, rotan, dan sarang burung layang-layang, dan dari hasil bumi seperti emas dan perak. Daerah kerajaan Kandis kaya akan emas, sehingga Rajo Tunggal memerintahkan untuk membuat tambang emas di kaki Bukit Bakar yang dikenal dengan tambang titah, artinya tambang emas yang dibuat berdasarkan titah raja. Sampai saat ini bekas peninggalan tambang ini masih dinamakan dengan tambang titah.

Hasil hutan dan hasil bumi Kandis diperdagangkan ke Semenanjung Melayu oleh Mentri Perdagangan Dt. Bandaro Hitam dengan memakai ojung atau kapal kayu. Dari Malaka ke Kandis membawa barang-barang kebutuhan kerajaan dan masyarakat. Demikianlah hubungan perdagangan antara Kandis dan Malaka sampai Kandis mencapai puncak kejayaannya. Mentri perdagangan Kerajaan Kandis yang bolak-balik ke Semenanjung Malaka membawa barang dagangan dan menikah dengan orang Malaka. Sebagai orang pertama yang menjalin hubungan perdagangan dengan Malaka dan meninggalkan cerita Kerajaan Kandis dengan Istana Dhamna kepada anak istrinya di Semenanjung Melayu.

Dt. Rajo Tunggal memerintah dengan adil dan bijaksana. Pada puncak kejayaannya terjadilah perebutan kekuasaan oleh bawahan Raja yang ingin berkuasa sehingga terjadi fitnah dan hasutan. Orang-orang yang merasa mampu dan berpengaruh berangsur-angsur pindah dari Bukit Bakar ke tempat lain di antaranya ke Bukit Selasih dan akhirnya berdirilah kerajaan Kancil Putih di Bukit Selasih tersebut.

Air laut semakin surut sehingga daerah Kuantan makin banyak yang timbul. Kemudian berdiri pula kerajaan Koto Alang di Botung (Desa Sangau sekarang) dengan Raja Aur Kuning sebagai Rajanya. Penyebaran penduduk Kandis ini ke berbagai tempat yang telah timbul dari permukaan laut, sehingga berdiri juga Kerajaan Puti Pinang Masak/Pinang Merah di daerah Pantai (Lubuk Ramo sekarang). Kemudian juga berdiri Kerajaan Dang Tuanku di Singingi dan kerajaan Imbang Jayo di Koto Baru (Singingi Hilir sekarang).

Dengan berdirinya kerajaan-kerajaan baru, maka mulailah terjadi perebutan wilayah kekuasaan yang akhirnya timbul peperangan antar kerajaan. Kerajaan Koto Alang memerangi kerajaan Kancil Putih, setelah itu kerajaan Kandis memerangi kerajaan Koto Alang dan dikalahkan oleh Kandis. Kerajaan Koto Alang tidak mau diperintah oleh Kandis, sehingga Raja Aur Kuning pindah ke daerah Jambi, sedangkan Patih dan Temenggung pindah ke Merapi.


Kepindahan Raja Aur Kuning ke daerah Jambi menyebabkan Sungai yang mengalir di samping kerajaan Koto Alang diberi nama Sungai Salo, artinya Raja Bukak Selo (buka sila) karena kalah dalam peperangan. Sedangkan Patih dan Temenggung lari ke Gunung Merapi (Sumatra Barat) di mana keduanya mengukir sejarah Sumatra Barat, dengan berganti nama Patih menjadi Dt. Perpatih nan Sabatang dan Temenggung berganti nama menjadi Dt. Ketemenggungan.

Tidak lama kemudian, pembesar-pembesar kerajaan Kandis mati terbunuh diserang oleh Raja Sintong dari Cina belakang, dengan ekspedisinya dikenal dengan ekspedisi Sintong. Tempat berlabuhnya kapal Raja Sintong, dinamakan dengan Sintonga. Setelah mengalahkan Kandis, Raja Sintong beserta prajuritnya melanjutkan perjalanan ke Jambi. Setelah kalah perang pemuka kerajaan Kandis berkumpul di Bukit Bakar, kecemasan akan serangan musuh, maka mereka sepakat untuk menyembunyikan Istana Dhamna dengan melakukan sumpah. Sejak itulah Istana Dhamna hilang, dan mereka memindahkan pusat kerajaan Kandis ke Dusun Tuo (Teluk Kuantan sekarang).

Bukti-bukti Sejarah daerah Kuantan di Bawah Permukaan Laut

Bukti daerah Kuantan dibawah permukaan laut dimasa Sumatra bernama Pulau Perca diantaranya adalah:


• Adanya tempat bernama Rawang Ojung (kapal kayu), ditempat ini dahulunya Ojung menjatuhkan sauh/jangkar (di Desa Pulau Binjai sekarang).

• Adanya tempat bernama Rawang Ojung/Rawang Tekuluk (di Desa Sangau sekarang).

• Ditemukannya fosil kerang laut di Sosokpan pada tahun 1982 oleh penduduk waktu menggali tanah membuat kebun. Dinamakan tempat ini dengan Sosokpan maksudnya ditempat ini dahulunya binatang menyosok/minum ke tepi pantai.

• Adanya nama tempat bernama Sintongah di Desa Sangau, dimana Raja Sintong (Raja Sriwijaya) mengadakan ekspedisi ke Kerajaan Kancil Putih dan ditempat ini mereka menjatuhkan jangkar, sehingga tempat ini dinamakan Sintongah.

• Pada tahun 2000 M ditemukan batu laut di daerah Cengar oleh seorang Mahasiswa Arkeologi dari Universitas Hasanudin Makasar.

Bukti-bukti Peninggalan Kerajaan Kandis:

• Bekas penambangan emas yang disebut dengan tambang titah, artinya diadakan penambangan emas atas titah Raja Darmaswara. Lokasinya dikaki Bukit Bakar bagian timur yang lobang-lobang bekas penambangan telah ditumbuhi kayu-kayuan.

• Adanya daerah yang bernama Muaro Tombang (Muara Tambang) yang terletak di sebelah hilir tambang titah.

• Istana Dhamna yang berlokasi di Bukit Bakar (belum terungkap).


Bukti-bukti Peninggalan Kerajaan Koto Alang:

• Adanya tempat yang disebut Padang Candi di Dusun Botung (Desa Sangau), menandakan Kerajaan Koto Alang menganut agama Hindu. Pada tahun 1955 M pernah dilakukan penggalian dan menemukan Arca sebesar botol, dan Arca tersebut sampai sekarang tidak diketahui lagi keberadaannya. Dilokasi tersebut ditemukan potongan-potongan batu bata candi.

• Dilain tempat telah berulang kali diadakan penggalian liar dari situs Kerajaan Koto Alang tanpa diketahui maksud dan tujuan oleh penduduk dan tanpa sepengetahuan Pemangku Adat dan Pemerintah. Penggalian tersebut dilakukan dimana diperkirakan letaknya istana Koto Alang di Dusun Botung tersebut.

• Pada tahun 1970-an banyak penemuan masyarakat yang mendulang emas seperti cincin, gelang, penjahit emas, dan mata pancing dari emas.

• Pada tahun 1967 ditemukan tutup periuk dari emas di dalam sungai Kuantan. Tutup periuk emas ini diambil oleh pihak yang berwajib dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya. Diperkirakana tutup periuk ini terbawa arus sungai yang berasal dari tebing yang runtuh disekitar Kerajaan Koto Alang.

• Pada tahun 2007 dilakukan penggalian oleh Badan Purbakala Batu Sangkar bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Propinsi Riau tanpa sepengatahuan Pemangku Adat dan Pemerintah Daerah. Pada penggalian sebelumnya mereka menemukan mantra berbahasa sangskerta yang ditulis pada kepingan emas yang saat ini tidak diketahui keberadaannya.

• Adanya sungai yang mengalir dipinggir Padang Candi yang disebut dengan Sungai Salo yang berasal dari kata Raja Bukak Selo karena dikalahkan oleh Kerajaan Kandis.

• Adanya tempat bernama Lopak Gajah Mati sebelah selatan Pasar Lubuk Jambi. Tempat itu merupakan tempat Gajah Tunggal mati dibunuh oleh Raja Koto Alang yang dibunuh dengan lembing sogar jantan. Disebut Gajah Tunggal karena gading gajah tersebut hanya satu sebelah kiri kepalanya. Gading tersebut telah dijual pada tahun 1976 karena tidak tahu nilai sejarahnya. Didalam kepala gajah ditemukan sebuah mustika yang sangat indah sebesar bola pimpong. Sungai yang mengalir disamping Lopak Gajah Mati dinamakan dengan Batang Simujur, artinya mujur/beruntung membunuh gajah tersebut.


source : http://yasirmaster.blogspot.com/

1 komentar:

  1. Alhamdulillah...wahai saudara kami di manapaun saudara tinggal terus gali informasi, informasi dan kepada ahli ahli baik sejara maupun yang istimewah akreologi terus berbuat.

    BalasHapus